Langsung ke konten utama

Mulia Dan Hina Karena Al-Qur’an

Oleh: Ihsan Athif

Bahwa Al-Quran merupakan wahyu Allah, bahwa Al-Quran adalah kitab suci umat Islam, bahwa Al-Quran adalah petunjuk bagi bagi kaum muslimin, ini semua sudah kita ketahui sejak pertama kali dikenalkan tentang agama Islam, entah oleh orang tua kita di rumah, ustadz kita di madrasah, atau guru kita di sekolah, atau oleh siapapun yang telah memberikan pengetahuan dasar ini kepada kita.

Namun, yang menjadi pertanyaan –yang ini harus ditujukan kepada masing-masing kita- adalah seberapa dalam kita mengetahui isinya? Seberapa jauh kita mengamalkan perintah dan larangan yang termaktub di dalamnya? Mungkin terlalu ‘berprasangka baik’ jika melontarkan pertanyaan seperti itu; pertanyaan ‘sederhana’ yang bisa jadi lidah kita akan kelu ketika menjawabnya adalah seberapa sering kita membaca Al-Quran? Ya, pertanyaan ‘sederhana’ yang tidak perlu dijawab dengan lisan kita. Tapi sebuah pertanyaan yang sebenarnya menuntut pengamalan kita.

Ketika kita jauh dari kemuliaan
Harus kita akui, bahwa umat Islam saat ini tengah mengalami keterpurukan yang begitu dahsyat. Keterpurukan yang sudah mencapai titik nadir, kemunduran yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah panjang peradaban Islam yang gemilang. Bahkan, begitu lemahnya kekuatan Islam sekarang ini, sampai-sampai umatnya sendiri merasa malu memiliki identitas sebagai seorang Muslim. Na’udzubillah…

Kemunduran ini, keterpurukan ini, problematika yang berat dan kompleks ini, akan terus berlanjut jika kita hanya bisa meratap, jika kita cuma bisa mengeluh. Kebangkitan yang kita tunggu-tunggu, kejayaan yang kita cita-citakan tidak akan datang menghampiri kita, kalau kita hanya duduk berpangku tangan tanpa berbuat apapun. Kemuliaan itu tidak akan kita raih jika kita malah memintanya kepada umat lain. Karena kemuliaan itu sebenarnya ada pada diri umat ini, kejayaan itu sejatinya ada pada diri kaum muslimin sendiri, bukan kaum lain, bukan umat lain.

Maka ketika kita telah mengetahui bahwa sumber kemuliaan itu ada pada diri kita, jangan sampai kita sia-siakan, sekali lagi. Kita telah menyaksikan ketika umat ini menyia-nyiakan sumber kemuliaan itu, maka Allah pun menyia-nyiakannya. Kita telah melihat bagaimana umat ini terperosok dalam kubangan penderitaan yang begitu pedih, ketika kemuliaan itu digadaikan dengan keindahan dunia yang semu. Oleh karena itu, jangan sampai kita mengulanginya. Kita tidak ingin lagi terpuruk, kita tidak ingin kembali dijajah, kita tidak mau terus menerus dalam ketidakberdayaan dan kehinaan.

Maka, langkah awal agar tekad ini bukan hanya impian kosong adalah mengembalikan kemuliaan itu ke dalam ruang-ruang kalbu kita, menancapkan kembali setiap nilai-nilai ilahiah yang terkandung di dalamnya, ke dalam sanubari kita. Supaya kemuliaan itu bisa terwujudkan dalam setiap gerak amal kita.

Kemuliaan itu adalah Al-Quran
Al-Quran. Kita –umat Islam- mengenalnya sebagai kitab suci, kita mengetahuinya sebagai wahyu Allah Jalla wa ‘Ala kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, kita mengetahuinya sebagai petunjuk untuk menjalani kehidupan sementara di dunia ini, kita memahaminya sebagai sumber kemuliaan, sumber kekuatan umat ini.

Sejak pertama ia diwahyukan kepada Nabi penutup –shallallahu ‘alaihi wasallam- ia telah menjadikan umat ini tegak di hadapan kaum musyrikin Quraisy. Ia telah memberikan kekuatan dahsyat bagi para pendahulu umat ini, sehingga dapat tegar menghadapi berbagai ujian dan kesulitan.

Ia telah memuliakan setiap pribadi umat ini, sejak periode awal eksistensinya, terus berlanjut hingga masa di mana kita hidup sekarang ini. Setiap pribadi yang rela bersusah payah memahami makna setiap kata dalam Al-Quran, setiap individu yang tanpa kenal lelah berusaha mewujudkan setiap petunjuk-petunjuknya. Pribadi yang dengan sekuat tenaga meraih kemuliaan yang telah dijanjikan-Nya.

Apakah kita pribadi-pribadi itu? Terlalu percaya diri, jika kita mengatakan ya. Karena kita tahu persis seperti apa diri kita, kita paham betul siapa sesungguhnya diri ini. Begitu jauhnya kita dari pribadi-pribadi ideal itu, begitu tidak layaknya kita dibandingkan –apalagi disandingkan- dengan sosok-sosok mulia itu. Sampai-sampai kita beranggapan bahwa mereka itu hanyalah tokoh fiktif dalam sebuah dongeng, tidak nyata, yang hanya hidup dalam alam khayal kita. Namun sayangnya, mereka nyata. Sosok-sosok itu nyata, bahkan mereka tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan umat ini. Merekalah contoh ideal bagi zamannya, juga bagi zaman setelahnya. Kita tidak bisa lagi menyangkal kemuliaan mereka.

Kita tahu mengapa mereka meraih kemuliaan, kita juga tahu sebab mereka berhasil mengukir sejarah hidupnya dengan tinta emas, kita juga tahu begitu besar peran mereka dalam mewujudkan kegemilangan Islam, keindahan Islam, kemuliaan Islam. Kita telah tahu itu. Tapi, sekedar tahu saja ternyata belumlah cukup bagi kita untuk bisa meraih kemuliaan, mengembalikan kejayaan umat ini.

Maka, sudah sepatutnya bagi kita menyimak, merenungi untuk kemudian menerjemahkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini dalam kehidupan kita, akan pentingnya kita untuk selalu dekat dengan sumber kemuliaan,
إن الله يرفع بهذا الكتاب أقواما ويضع به آخرين
“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dan merendahkannya dengan kitab ini (Al-Quran).” (HR. Muslim no. 1934)

Maka saatnyalah bagi kita sekarang untuk meraih kemuliaan itu, kemuliaan yang Allah Ta’ala janjikan.

Wallahulmusta’an.

Sumber : click here

Komentar

  1. Islam, Dien yang haq yang mampu memecahkan problem-problem manusia. Dengan menerapkan sistem Islam yang kekal dan mabda’ (ideologi) Islam yang adil, maka kita pasti akan meraih kemuliaan. Tetapi apabila hal tersebut kita lalaikan dan telantarkan, maka kita tertimpa kehinaan dan akan dihina.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibnu Yunus

Ibnu Yunus (950 -1009 M) adalah salah seorang ilmuwan Muslim yang namanya diabadikan pada sebuah kawah di permukaan bulan. Tentu bukan tanpa sebab International Astronomical Union (IAU) mengabadikan nama sang astronom di kawah bulan. Lewat adikaryanya al-Zij al-Hakimi al-kabir, Ibnu Yunus dipandang telah berjasa menyusun sebuah tabel yang sangat akurat. Sejatinya, Ibnu Yunus bernama lengkap Abu al-Hasan Ali abi Said Abd al-Rahman ibnu Ahmad ibnu Yunus al-Sadafi al-Misri. Ia adalah astronom agung yang terlahir di negeri piramida, Mesir. Sayangnya, sejarah kehidupan masa kecilnya nyaris tak ditemukan. Para sejarawan terbagi dalam dua pendapat soal tahun kelahiran sang ilmuwan. Sebagian kalangan meyakini Ibnu Yunus lahir pada tahun 950 M dan ada pula yang berpendapat pada 952 M. Ibnu Yunus terlahir di kota Fustat, Mesir. Pada saat masih belia, sang astronom legendaris itu menjadi saksi jatuhnya Mesir ke genggaman Dinasti Fatimiyah. Kekhalifahan yang menganut aliran Syiah itu

Pengalaman menggunakan Speedy Instan

Lama tak jumpa kawan-kawan :D kali ini saya mau bagi-bagi pengalaman menggunakan Speedy Instan @wifi.id Tentang Speedy Instan        Apa itu Speedy Instan ?  Speedy Instan   adalah layanan Speedy dengan koneksi "normally open" yang dipasang pada pelanggan yang mengikuti program Broadband Ready        Pelanggan dapat menggunakan layanan Speedy setiap saat sesuai kebutuhan (pay as you use = PAYU) tanpa abonemen bulanan. Dengan sebelumnya TELKOM melakukan instalasi Speedy terlebih dahulu terhadap jaringan hingga instalasi modem di sisi pelangan dengan kondisi siap digunakan untuk koneksi internet. Tapi lewat wifi.id juga bisa loh :3 Pengalaman Menggunakan Speedy Instan        Sebenernya, bisa dibilang saya ini internet addict, 1 hari gak internetan itu rasanya berat banget (T^T) Yah karena banyak faktor yang membuat saya membutuhkan internet murah , beberapa diantaranya adalah: 1. Tugas Sekolah 2. Update Status :v 3. Gak punya pacar (T^T) *forever alone 4

Khiyar dalam jual beli

*Pengertian Khiar dalam jual beli        Khiyar menurut bahasa berarti memilih. menurut syariat adalah memilih apakah akan meneruskan jual beli / menunda jual beli / tidak jadi jual beli(bahasa saya). Misalnya si pembeli membeli barang dari si penjual secara online, eh pas datang barangnya, ternyata barangnnya cacat, nah barang itu bisa di kembalikan/jual belinya dibatalkan. kalo masih kurang jelas ni contoh2 contohnya: pembeli = bang tas yang itu berapaan bang? penjual = 80 ribu pembeli = bang tas yg itu jangan dulu di jual ya bang nanti saya pikir2 dulu di rumah(berapa batas waktunya? kita bahas di postingan ini) penjual = ya bu nah kalau sudah di pesan seperti itu maka si penjual tidah boleh menjual tas yg di liat oleh si pembeli itu.   Masih kurang jelas juga?? nih contoh ke tiga pembeli = bang itu pisang berapaan penjual = 3 ribu satu ikat (ngasal) pembeli = bisa di kurangin jadi 2.500 (gasal) penjual =gx bisa bu, paling juga 2.900 (gasal) pembeli = wah kemaha